Beberapa anggota NATO, termasuk Amerika Serikat (AS), telah mengeluarkan peringatan perjalanan ke Lebanon dan mendesak warganya untuk segera meninggalkan negara tersebut akibat potensi perang besar antara Israel dan kelompok Hizbullah.
Ketegangan meningkat tajam pada Sabtu (27/7/2024) ketika serangan roket menewaskan 12 anak di kota Druze, Majdan Shams, di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan bahwa proyektil tersebut adalah roket Falaq-1 buatan Iran yang ditembakkan oleh Hizbullah dari selatan Lebanon.
Namun, kelompok militan tersebut membantah terlibat dalam serangan itu.
Kedutaan Besar AS mengeluarkan pemberitahuan perjalanan pada Sabtu, mendesak warga Amerika untuk “sangat mempertimbangkan kembali perjalanan ke Lebanon”.
“Lingkungan keamanan tetap kompleks dan dapat berubah dengan cepat,” kata pernyataan kedutaan, dikutip Russia Today.
Kantor Luar Negeri Inggris menyarankan “untuk tidak melakukan perjalanan ke Lebanon karena risiko terkait konflik yang sedang berlangsung” antara Israel dan Hizbullah. Peringatan serupa juga dikeluarkan oleh Prancis, Jerman, Belgia, Belanda, Norwegia, dan Denmark, serta negara non-NATO seperti Irlandia dan Australia.
IDF dan Hizbullah telah terlibat dalam pertempuran sporadis sejak perang di Gaza pecah pada Oktober lalu.
Kelompok bersenjata itu tersebut berulang kali menembakkan roket dan mortir ke posisi Israel sebagai bentuk solidaritas dengan Hamas dan warga Palestina di Gaza, yang memicu IDF membalas dengan tembakan artileri dan serangan udara.
Menanggapi serangan di Dataran Tinggi Golan pada Sabtu, Israel mengancam Hizbullah dengan “perang total,” sementara Menteri Luar Negeri Israel Katz mengatakan bahwa kelompok tersebut “telah melewati semua batasan di sini, dan responsnya akan mencerminkan hal itu.”
Kabinet keamanan Israel bertemu pada Minggu malam dan memberi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu serta Menteri Pertahanan Yoav Gallant wewenang untuk menentukan waktu dan cakupan tindakan militer lebih lanjut.