Banyaknya PHK mengubah bursa kerja secara keseluruhan. Dilaporkan mereka yang terkena PHK lebih memilih bekerja freelance dibandingkan kembali ke pekerjaan penuh waktu atau full-time di korporasi.
Setidaknya begitu yang terlihat dalam laporan terbaru LinkedIn. Pada 2021, platform LinkedIn meluncurkan LinkedIn Services Marketplace. Ini menjadi tempat pasar para freelance menawarkan jasa, serta pemberi kerja untuk merekrut freelancer.
Pasar ini dibuat dengan tujuan membangun bisnis dan layanan baru para penggunanya, di tengah badai PHK yang menerjang pasca pandemi.
Tiga tahun setelah diluncurkan, 10 juta pengguna telah membuat laman di marketplace itu pada 2024 atau naik 48% dari tahun sebelumnya.
Permintaan layanan juga telah meningkat. Dilaporkan mencapai rata-rata delapan per menit dan naik 65% dari tahun ke tahun, dikutip dari Tech Crunch, Jumat (11/10/2024).
Tech Crunch menuliskan pasar pekerja lepas disebutkan mengkalibrasi ulang model bisnis seiring menurunnya permintaan. Mereka berusaha meningkatkan tingkat penerimaan saat banyak orang memilih pekerjaan tetap atau ada juga yang tidak lagi menggunakan platform.
Sementara itu, LinkedIn menggunakan platform freelance untuk mendorong langganan premium. Mereka yang berlangganan akan bisa meningkatkan eksposurnya.
Pendapatan dari langganan premium LinkedIn diketahui juga ikut naik. Mencapai 51% tahun ini dan menghasilkan US$1,7 miliar (Rp 26,5 triliun).
Namun memang belum sebesar dari pendapatan yang dikantongi LinkedIn tahun lalu. Pada 2023, perusahaan menghasilkan lebih dari US$16 miliar atau Rp 249,5 triliun.