Seorang pengunjung berjalan di depan Gedung Aneuk Muda Aceh Unggul dan Hebat (AMANAH) Aceh yang telah selesai pembangunannya di Kawasan Industri Aceh (KIA) Ladong, Aceh Besar, Aceh, Minggu (13/10/2024). ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/aww. (ANTARA FOTO/IRWANSYAH PUTRA)
Wakil Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Febrian Alphyanto Ruddyard menyatakan industrialisasi dan hilirisasi menjadi kebijakan sentral untuk meningkatkan kontribusi industri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
“Dalam agenda transformasi ekonomi, industrialisasi dan hilirisasi menjadi kebijakan sentral untuk membalikkan kontribusi sektor industri terhadap PDB menjadi meningkat,” ucapnya dalam acara CEO INSIGHT – 15TH KOMPAS100 CEO FORUM di Jakarta, Selasa.
Berdasarkan kekayaan alam di Indonesia, nikel menjadi komoditas dengan cadangan bijih terbesar di dunia dengan total 5,24 miliar ton, 49,7 juta ton produksi Crude Palm Oil (CPO) terbesar sedunia, cadangan bauksit 3,13 miliar ton, dan 9,2 juta ton produksi rumput laut terbesar kedua di dunia.
Hilirisasi komoditas prioritas dinilai menjadi kunci peningkatan nilai tambah dengan potensi tambahan PDB 165 miliar dolar AS.
Industrialisasi turut akan difokuskan pada beberapa sektor prioritas, yakni industri berbasis sumber daya alam atau hilirisasi (agro, tambang, dan sumber daya laut), industri padat karya berkelanjutan, industri dasar (kimia dan logam), serta industri padat teknologi (farmasi, elektronik, dan alat angkutan).
Di sisi lain, lanjutnya, pengembangan industri perlu juga memperhatikan aspek lingkungan untuk meningkatkan daya saing.
Saat ini, sektor industri pengolahan merupakan sektor terbesar kedua penghasil emisi karbondioksida. Kemudian, tuntutan delapan negara pembeli terbesar biji nikel dunia telah menetapkan komitmen net zero emission (NZE) dalam bentuk kebijakan dan peraturan.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, strategi untuk mendorong pengembangan industri hijau adalah penerapan ekonomi sirkular yang diperkirakan meningkatkan PDB sebesar Rp539-638 triliun pada tahun 2030.
Kedua adalah pembangunan Eco-Industrial Park yang menggunakan energi baru terbarukan, bahan dan sumber daya berkelanjutan, mengurangi limbah, mendorong perusahaan daur ulang dan fasilitasi pemilahan, remodelling bisnis, pemanfaatan teknologi digital, serta simbiosis industri.