Malaysia jadi korban baru klaim China di Laut China Selatan (LCS). Negara itu dilaporkan menerima nota diplomatik dari Beijing yang menuntut Kuala Lumpur segera menghentikan semua kegiatan di wilayah maritim kaya minyak, di lepas negara bagian Sarawak, pulau Kalimantan.
Laporan dimuat pertama kali oleh media Filipina, Inquirer, akhir Agustus kemarin. Namun rincian diplomatik itu diberikan sejak 18 Februari.
Laporan tersebut mengatakan China menuduh Malaysia melanggar batas wilayah yang tercakup dalam “10 garis putus-putusnya”. Ini merujuk peta kontroversial China yang menunjukkan klaim kedaulatannya di LCS.
“Nota diplomatik tersebut juga menyatakan ketidaksenangan Beijing atas aktivitas eksplorasi minyak dan gas Malaysia di dekat Luconia Shoals, yang dekat dengan Sarawak,” kata laman itu, dikutip Jumat (6/9/2024).
Hal ini pun mendapat komentar Malaysia langsung. Meski tak membenarkan atau membantah laporan, Kementerian Luar Negeri Malaysia memandang kebocoran dokumen itu sebagai hal yang memprihatinkan.
Pemerintah telah meminta penyelidikan internal terhadap pelanggaran informasi rahasia tersebut. Termasuk dengan keterlibatan kepolisian.
Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim, menegaskan akan terus melanjutkan eksplorasi minyak dan gas di LCS. Ia berujar hal itu penting karena menyanggut keberlangsungan hidup Malaysia sendiri.
“Apa yang kami lakukan dalam hal eksplorasi minyak tentu saja berada di perairan kami,” kata Anwar kepada wartawan yang bepergian bersamanya dalam kunjungan ke Rusia, Kamis, dikutip Reuters dan AP.
“Kami mungkin akan menanggapi China dengan menjelaskan posisi kami bahwa kami tidak pernah bermaksud untuk bersikap provokatif, bermusuhan secara tidak perlu,” tegas Anwar lagi.
“Kami tentu harus beroperasi di perairan kami dan mengamankan keuntungan ekonomi, termasuk pengeboran minyak, di wilayah kami,” tambahnya.
“Jika mereka terus melanjutkan pertikaian, maka kami harus mendengarkan dan mereka (China) harus mendengarkan. Namun, hal itu tidak boleh merusak hubungan bilateral yang baik antara kedua negara ini,” jelasnya ke pemerintahan Presiden China Xi Jinping.
Menurut berbagai sumber, LS kaya akan kekayaan alam. Mulai dari cadangan migas yang besar, ikan hingga logam tanah jarang (Rare Earth Element/REE) yang aplikasinya banyak untuk industri hilir berteknologi tinggi.
Cadangan minyak LCS diperkirakan mencapai 7,7 miliar barel. Sementara estimasi lainnya memperkirakan jumlahnya mencapai 213 miliar barel atau hampir 80% dari cadangan minyak Arab Saudi, berdasarkan informasi tahun 2012.
Council for Foreign Relations (CFR) menyatakan di LCS ada sekitar 900 triliun kaki kubik gas alam. Sumber lain dari American Security Project menyebutkan bahwa cadangan gas di LCS mencapai 266 triliun kaki kubik dan menyumbang 60%-70% dari total cadangan hidrokarbon teritori tersebut.
Sebelumnya di 2020, menurut Asia Financial Times, China juga sempat bersengketa dengan Vietnam karena migas di LCS. Kapal angkatan laut China disebut telah mencegah proyek pengeboran dilakukan di perairan lepas Vietnam sehingga negara itu harus membayar denda ke kontraktor.
Dilaporkan The Diplomat, Vietnam harus membayar kompensasi sebesar US$ 1 miliar (Rp 14,6 triliun, asumsi Rp 14.621/US$) kepada dua perusahaan minyak internasional karena membatalkan kontrak mereka di perairan tersebut.
Sementara itu di 2019, cadangan minyak China yang baru ditemukan mencapai 1,124 miliar ton. Meski penemuan energi dan data terkait, menurut Asia Times Financial biasanya tidak dipaparkan secara gamblang karena masuk rahasia negara.