Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan komitmennya untuk menggenjot produksi minyak siap jual atau (lifting) nasional. Dengan demikian, target lifting minyak sebesar 605.000 barel per hari (bah) pada 2025 diharapkan dapat tercapai.
Direktur Pembinaan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM Ariana Soemanto mengatakan, pihaknya dan SKK Migas terus mendorong optimalisasi produksi migas agar target dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2025 dapat tercapai. Salah satunya, melalui program reaktivasi sumur minyak yang saat ini tidak aktif atau idle.
Menurut Ariana, terkait dengan strategi reaktivasi sumur dan lapangan idle, Kementerian ESDM, SKK Migas dan Pertamina telah melakukan pembahasan teknis. Lapangan maupun sumur yang tadinya idle akan jadi prioritas untuk dikerjakan sendiri, atau dikerjasamakan dengan Mitra.
“Dalam hal kerja sama dengan mitra, pemerintah akan mendukung Pertamina agar ketentuan dalam kerja sama antara Pertamina dengan mitra menjadi lebih menarik dan bisa dieksekusi lebih cepat, sehingga tambahan produksi bisa segera didapat,” kata dia, Senin (2/9/2024).
Cara kedua, yakni mendorong intervensi teknologi. Terkait dengan intervensi teknologi perusahaan migas China (Sinopec) akan masuk ke 5 lapangan Pertamina dengan teknologi peningkatan produksi.
“Minggu lalu tim teknis dari ESDM, SKK Migas dan Pertamina ke China untuk evaluasi teknis penerapan teknologi tersebut di lapangan di China. Selanjutnya, September ini Tim teknis Sinopec akan ke Indonesia untuk penjajakan teknologi tersebut ke 5 lapangan Pertamina. Kerjasama teknologi seperti ini akan terus didorong,” jelasnya.
Ketiga, mendorong proyek minyak baru untuk segera berproduksi. Peningkatan produksi dari proyek baru maupun dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) besar akan dikawal dan didukung penuh.
Beberapa kebijakan yang baru saja terbit, seperti Peraturan Menteri ESDM Nomor 13/2024 tentang Kontrak Bagi Hasil Migas Gross Split yang baru, menurutnya akan mendorong iklim investasi migas lebih positif.
“Ini perbaikan dari kontrak bagi hasil migas Gross Split yang lama, sesuai masukan dari stakeholder juga. Jadi sinyal positif perbaikan investasi hulu migas. Di samping itu, juga ada fleksibilitas kontrak skema Gross Split ke Cost Recovery di mana beberapa blok migas saat ini sedang berproses untuk beralih dari skema Gross Split ke Cost Recovery,” paparnya.
Kementerian ESDM juga menyiapkan insentif hulu migas yang dapat memperbaiki keekonomian kontraktor agar lebih optimal, berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 199/2021. Selain itu, lelang blok migas baru, sekarang jauh lebih menarik. Bagi hasil migas untuk kontraktor saat ini bisa mencapai 50%. Dahulu, hanya 15-30% saja.
Terkait strategi jangka menengah utamanya eksplorasi migas, dari 5 blok migas yang dilelang tahun 2024 tahap 1 pada bulan Mei 2024 lalu, sebanyak 3 blok penawaran langsung telah selesai evaluasi dan siap diumumkan. Sedangkan 2 blok sisanya yaitu lelang reguler masih dalam proses lelang.
“Selain itu, untuk lelang tahap 2024 tahap 2 juga nanti akan ada minimal 5 blok. Saat ini joint study eksplorasi migas sedang berjalan lebih dari 20 area termasuk di 5 fokus area Indonesia Timur. Nantinya area-area tersebut akan dilelang menjadi blok migas. Kita bisa lihat bahwa eksplorasi migas masih menarik. Apalagi dengan ketentuan bagi hasil baru, yang bisa mencapai 50 persen itu. Pemerintah terus bergerak dan lebih terbuka untuk upaya optimalisasi produksi dan iklim investasi lebih menarik,” tambah Ariana.
Sebagaimana diketahui, Komisi VII DPR RI bersama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyepakati asumsi dasar Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun Anggaran (TA) 2025. Salah satunya terkait lifting minyak.
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Maman Abdurahman memaparkan bahwa Lifting Minyak dan Gas Bumi pada RAPBN 2025 disepakati sebesar 1.610 ribu barel setara minyak per hari (barrels oil equivalent per day/ BOEPD).
Angka tersebut terdiri dari lifting minyak sebesar 605 ribu barel per hari (bph) dan lifting gas bumi sebesar 1.005 ribu BOEPD. Angka lifting minyak mengalami kenaikan dibandingkan usulan sebelumnya yang dipatok sebesar 600 ribu bph.
“Karena ada narasi besar kita hanya ingin menambahkan jadi kita bentuk lain dari optimisme yang ingin komisi VII sampaikan dari sisi lifting minyak yang tadinya disetujui 600 ribu bph kita berharap dalam rapat ini ada optimisme di angka 605 ribu bph,” kata Maman dalam kesimpulan Rapat Kerja bersama Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, Selasa (27/8/2024).