Baru-baru ini Amerika Serikat (AS) menyetujui penjualan senjata baru ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) senilai US$ 2,25 miliar atau setara Rp35 triliun.
Pengumuman Pentagon pada Jumat (11/10/2024) menyatakan penjualan mencakup beberapa jenis persenjataan canggih yang akan memperkuat kemampuan pertahanan kedua negara di kawasan Teluk.
“Penjualan yang diusulkan akan meningkatkan kemampuan Arab Saudi untuk mengatasi ancaman saat ini dan di masa mendatang, serta meningkatkan interoperabilitas dengan sistem yang dioperasikan oleh Pasukan AS dan negara-negara Teluk [Persia] lainnya,” ungkap Pentagon.
Dalam laporan terpisah, Pentagon juga mengatakan bahwa Departemen Luar Negeri telah mengizinkan penjualan senjata potensial ke Arab Saudi, termasuk 220 Rudal Taktis Sidewinder AIM-9X Block II dan peralatan terkait senilai US$ 251,8 juta atau Rp3,92 triliun.
Melansir Press TV, persetujuan lainnya mencakup kesepakatan senilai US$ 139 juta atau senilai Rp2,16 triliun untuk pembelian 10.000 peluru seri M456, 105mm High Explosive Anti-Tank Tracer, serta berbagai jenis amunisi tank, howitzer, dan senapan mesin.
Selain itu, AS menyetujui kemungkinan penjualan 2.503 rudal AGM-114R3 Hellfire II, beserta dukungan logistik, dengan total sekitar US$ 655 juta atau Rp10,37 triliun.
Dalam perkembangan terpisah, Pentagon mengemukakan persetujuan kesepakatan senilai US$ 1,2 miliar setara Rp18,72 triliun untuk 259 Guided Multiple Launch Rocket System (GMLRS) M31A1 Unitary Pods, yang berisi 1.554 rudal, dan 203 Army Tactical Missile Systems (ATACMS) M57 Unitary Missiles.
Secara total senjata-senjata yang dijual Amerika ke Arab Saudi dan UEA tersebut senilai lebih dari Rp35
Komitmen Washington terhadap pertahanan kerajaan juga semakin diterangkan awal pekan ini dalam panggilan telepon kepala Pentagon Lloyd Austin dengan Menteri Pertahanan Arab Saudi Pangeran Khalid bin Salman.
Sebelumnya pada September tahun lalu, pejabat AS dan Saudi dilaporkan membahas perjanjian keamanan yang serupa dengan yang dimiliki Washington dengan sekutu Asia Timur. Ini dipandang sebagai bagian dari upaya untuk mendorong Arab Saudi menormalisasi hubungan dengan Israel.
Menurut pejabat Amerika yang tidak disebutkan namanya mengutip dari New York Times, pemerintahan Presiden AS, Joe Biden sedang dalam pembicaraan dengan Arab Saudi tentang “perjanjian pertahanan bersama” yang serupa dengan perjanjian militer AS dengan Jepang dan Korea Selatan.
Laporan tersebut mencatat bahwa berdasarkan peraturan tersebut, baik AS maupun Arab Saudi akan berkomitmen untuk memberikan dukungan militer jika salah satu negara diserang di kawasan tersebut atau di tanah Saudi.
Dalam laporan tersebut juga mengusulkan kesehatan akan menjadi elemen kunci dari upaya diplomatik Biden untuk mendorong Arab Saudi menormalisasi hubungan dengan Israel.